Kamis, 21 Juli 2011

Info-Sepuluh Prinsip Ilmu Ekonomi

Berikut ini adalah sepuluh prinsip ilmu ekonomi. Konon saya harus memahami secara keseluruhan prinsip ini untuk mendapatkan gelar SE dan menjadi seorang ahli ekonomi. Saya akan mencoba untuk menjelaskan setiap prinsip hanya dengan tiga kata. Semoga tiga kata ini bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau gak nyambung harap dimaklumi ya... ^_^

1. Kita harus selalu melakukan “trade-off”.
pertukaran itu penting (cobalah untuk berbagi dan mengerti apa yang dirasakan orang lain)

2. Biaya adalah apa yang dikorbankan untuk memperoleh sesuatu (opportuniity cost).
pengorbanan itu perlu (tidak ada sesuatu yang mudah untuk didapatkan)

3. Orang rasional berpikir secara bertahap (marginal changes).
 proses itu penting (terkadang perjalanan lebih menyenangkan daripada saat kita tiba di tujuan)

4. Kita selalu bereaksi terhadap insentif (pajak).
beban itu cambuk (masalah bisa membuat kita menjadi lebih kuat)

5. Perdagangan dapat menguntungkan semua pihak (spesialisasi).
pertukaran itu menguntungkan (berbagi itu adalah hal yang baik)

6. Pasar adalah wahana yang baik untuk mengor-ganisasikan kegiatan ekonomi (invisible hand).
sesuatu itu terkendali (seluruh hal yang terjadi dikendalikan tanpa disadari, percayalah pada Yang Kuasa)

7. Pemerintah dapat memperbaiki kegagalan pasar (market failure).
seseorang itu penyelamat (seseorang mungkin dapat menyelesaikan masalah yang kita anggap sulit)

8. Standar hidup suatu negara tergantung pada kemampuannya memproduksi barang dan jasa (produktivitas).
hasil itu diperjuangkan (setiap hal yang kita lakukan selalu membawa hasil cepat atau lambat)

9. Harga-harga akan meningkat jika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (inflasi).
banyak itu masalah (memiliki sesuatu yang berlebih bukan berarti kebaikan jika kita tak dapat mengaturnya)

10. Masyarakat menghadapi “trade-off” jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (Kurva Philips).
 keseimbangan itu ada (teruslah berusaha untuk menjadi seorang yang lengkap)

Ilmu ekonomi ternyata juga membawa ilmu filsafat. Jangan disalahgunakan ya filsafatnya... ^o^

Rabu, 20 Juli 2011

The Magician and The Healer-1

Cerita ini saya tulis selama liburan, tepatnya setelah kelulusan SMA. Cerita ini bersumber 100% dari game Ragnarok Online.

SEORANG ANAK
Langit begitu gelap lebih gelap daripada biasanya, awan tebal pembawa badai bagaikan stormgust yang dingin mulai terbentuk dilangit-langit kota. Awan mulai melingkar, hingga seperti ular betina yang akan menyerang. Jalanan kota Geffen tampak sangat sepi. Mungkin karena hujan yang sangat deras saat itu atau karena suatu peristiwa di negeri yang jauh. Suatu peristiwa yang besar dan menggemparkan memang selalu terjadi di negeri ini. Lampu-lampu tiang di tepi jalan tampak sangat redup. Pertokoan dan rumah penduduk tertutup rapat tanpa adanya suara dari dalam ruangan.
*****[Stormgust, mantra penyihir untuk menciptakan badai salju yang sangat dingin hingga menusuk hatimu dan dapat melemparmu tanpa arah.]
Seorang dengan jubah hitam berjalan dengan cepat di tengah hujan deras sore itu, jalanya memecah gerakan air dan menimbulkan angin yang tenang. Pria yang tampak besar karena membawa seorang bayi di pelukannya tersebut berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana seperti rumah seorang penjual daging. Bayi mungil itu memandang wajah sang pria. Wajah pria itu tampak menenangkan hati, tapi matanya tampak sangat tajam dan berwarna hitam gelap. Lalu sang pria meletakan bayi tersebut di sebuah kursi di depan rumah dengan atap bercat ungu muda tersebut. Bayi mungil berkulit putih itu merengek. Pria itu tampak berat hati meletakanya. Bayi itupun menangis seakaan tidak mau ditinggalkan. Lalu dalam sekejap pria itu menghilang seperti ditelan bayanganya sendiri.
Lalu seorang wanita cantik dan masih muda membuka pintu berwarna ungu gelap. Dia sangat heran mendengar suara tangis seorang bayi pada sore yang gelap dipenuhi suara pukulan air, apalagi saat melihatnya sendiri di depan rumahnya. Wanita berambut pirang itu mengambil si bayi mungil dan membawanya ke dalam rumah. “Sungguh bayi yang malang.” Ucap wanita itu dengan lembut.
Lalu suara seorang pria menyahut, “Vorny, bayi siapa itu?” Pria tersebut bertanya dengan halus, tampak berbeda sekali dengan tubuhnya yang besar berotot.
Lalu wanita itu juga menjawab selalu dengan nada yang lembut. “Oh, Gorgus sayang, aku menemukan bayi malang ini didepan rumah, sepertinya kita harus merawat bayi ini untuk sementara.” Dia membuka jubah si bayi, bayi tersebut berambut ungu, berbola mata ungu dan rupanya adalah laki-laki.
Pria besar berambut cokelat tersebut terdiam heran, “Sayang, sebaiknya besok kita membawa bayi ini ke kantor pusat, mungkin saja orang tuanya sedang kebingungan mencarinya.”
Wanita itu terdiam sejenak, sepertinya dia telah jatuh hati terhadap si bayi mungil. “Baiklah kita akan membawa bayi itu besok, aku akan mengganti baju bayi ini, tenanglah bayi mungil....” Wanita tersebut menyimpan banyak pakaian bayi di almarinya.
Lalu pada suatu malam di tempat lain terjadi suatu kehebohan, di sebuah rumah tua di sekitar hutan tepi gurun. Suara sebuah pedang dan angin yang keras bertenaga menghancurkan sebuah pintu pada lorong-lorong yang gelap. “Kami tidak tau dimana bayi itu berada, seseorang telah mengambilnya dan membunuh beberapa pasukan kami....” Pria tua itu merengek memohon belas kasihan. Dia tertindih oleh kaki burung yang sangat besar dengan cengkraman yang kuat.
“Baiklah kalian akan di bawa ke kastil Valkyrie, sebaiknya kalian berbicara jujur disana”. Kata seorang pemuda dengan pakaian perang yang berkilauan. Serentak burung besar tersebut langsung mengangkat kakinya dari si pria tua. Bersama para anak buahnya beberapa knight dan priest, pria muda tersebut membawa para tahanan malang itu.
*****[Knight, pasukan ahli pedang atau tombak yang dapat mengendarai binatang sejenis burung unta yang besar dan kuat, mereka mengabdikan hidup mereka pada raja dan kerajaanya.]
*****[Priest, seorang yang ahli dalam menggunakan sihir penyembuhan ataupun sihir-sihir untuk menambah kekuatan seseorang, mereka sangat taat pada ajaran agama dan kebanyakan bertingkah laku baik. Orang-orang mengira priest adalah penunggu gereja, tapi sebenarnya banyak priest yang mempunyai kepercayaan lainya.]
Keesokan harinya Vorny dan Gorgus membawa bayi tersebut ke pusat kantor kota. Dalam pelukan Vorny saat perjalan di dekat taman yang sepi bayi itu tiba-tiba berubah warna rambut dan bola matanya menjadi hitam gelap. “Gorgus lihatlah ini!” Vorny tampak panik.
“Aneh sekali, kenapa warnanya bisa berubah? Sayang sebaiknya kita segera membawa bayi ini ke kantor pusat.”
“Jangan Gorgus, aku merasakan ada sesuatu dengan bayi ini.”
“Aku tau kau menyukainya, tapi ini bukan bayi kita, aku juga tau kau sangat ingin mempunyai anak, tetapi.” Gorgus berhenti bicara melihat istrinya terdiam.
“Gorgus, aku rasa ini bukanlah bayi biasa, seeorang dengan sengaja meletakannya didepan rumah kita agar kita merawatnya.”
Gorgus menjawab cepat, “Ya itu bagus, aku rasa suatu hari orang tersebut akan kembali dan mengambil bayi itu, lalu kenapa orang tersebut tidak menaruh bayi ini di penampungan.”
“Hentikan Gorgus, aku rasa aku siap bila suatu hari nanti saat si mungil sudah besar dan orang itu kembali, aku akan....”
Gorgus memandang wajah isrinya, “Sayang apa yang akan dikatakan tetangga kita bila mereka tau kita mendapat bayi?
Vorny terdiam sesaat lalu menjawab, “tentu saja kita bilang bahwa kita mendapatkan bayi ini dari penampungan, bukankah itu ide yang bagus?”
“Baiklah sayang aku akan memenuhi permintaanmu, entah kenapa aku rasa aku juga sangat menyukai bayi mungil ini.” Pikiran Gorgus tiba-tiba berubah. Gorgus berhenti sejenak lalu berkata “sebaiknya kita segera pindah ke kota bagian timur, aku tidak ingin orang-orang mencurigai kita.”
“Baiklah sayang itu ide yang sangat bagus, disana kita bisa mensekolahkan bayi mungil ini di tempat yang lebih dekat.”
Gorgus heran mendengar perkataan istrinya “apa maksudmu sayang?”
“Tentu saja kita akan mendaftarkan si mungil ini di sekolah sihir Glorius, bukalah hatimu apakah kau tak merasakan bahwa dia seorang mage seperti aku?” Vorny tersenyum.
“Sayang, tentu saja aku tak dapat merasakanya, aku tidak mempunyai perasaan sehebat perasaanmu dan sekuat perasaanmu.”
Vorny tersenyum dan mencium suaminya yang tinggi itu hingga dia hampir tak sampai.
[Mage, seseorang yang mempunyai bakat sihir terhadap elemen-elemen tertentu, biasanya beberapa mage bisa melihat masa depan serta merasakan aura-aura yang ada di sekitarnya.]

Gamuvin-1

Cerita yang saya tulis karena menganggur selama liburan. Inspirasi cerita ini berasal dari comic Naruto, Avatar The Legend of Aang dan game Ragnarok Online.

KENANGAN DI HOLUKS
Frodi
Kepada yang terhormat Frodi Garvant putra dari Gerado Garvant. Cahaya dan kegelapan, dua elemen berbeda yang tak mungkin akan bersatu. Cahaya begitu suci, berani dan selalu membawa kebahagiaan. Sedangkan kegelapan begitu kotor, kejam dan selalu membawa kepedihan. Tetapi seorang yang bijaksana pernah berkata, tak ada hal yang tak mungkin. Mungkin hal itu akan sulit, tetapi hal itu pasti akan bisa terwujud bagai menyatukan api yang panas dengan air yang dingin di dalam sebuah tungku. Namun orang bijaksana yang lain pernah berpesan, janganlah selalu membanding-bandingkan apa yang ada di dunia ini, semua hal tak selalu berjalan lancar sesuai dengan harapan kita.
Itulah isi selembar kertas buram yang sedang kubaca dalam hati sambil duduk tenang di bawah sebuah pohon yang rindang. Tulisan pada kertas itu ditulis dengan tinta hitam biasa dan ada sebuah tanda tangan seseorang di bawahnya dengan tinta berwarna perak yang tampak berkilauan. Aku lalu menyandarkan punggungku pada sebuah batang pohon besar di belakangku yang kulitnya berwarna putih. Pohon tersebut begitu besar dan terasa dingin.
Aku lalu memandang danau biru yang sangat luas di hadapanku, tepatnya ke arah timur karena ada sebuah matahari yang baru saja terbit di atas danau itu. Sebelumnya aku memang sengaja datang ke danau itu benar-benar pagi saat matahari belum muncul dan langit masih benar-benar gelap. Aku memang sangat ingin melihat matahari terbit di atas danau biru yang indah itu. Saat terbitnya matahari, danau biru di hadapanku itu selalu berwarna biru terang seperti mataku ini. Hanya saja tampak enam garis tipis yang lurus berwarna hitam terpancar dari pupil mataku ini.
Orang-orang terdahulu di tanah kami selalu memuja orang dengan bola mata seperti bola mata yang kumiliki ini. Banyak orang mengatakan bahwa mata yang kumiliki adalah mata dewa ataupun mata para penyelamat dunia. Tetapi banyak cerita pula yang mengatakan bahwa bola mata yang kumiliki adalah kutukan ataupun kekuatan jahat dari iblis. Sebenarnya aku tidak terlalu mempedulikan perkataan orang mengenai apa yang ada dalam diriku. Yang kuketahui adalah bahwa aku ini spesial dan benar-benar beruntung, karena hal itulah yang paling sering dikatakan oleh ibuku. Aku sangat mempercayai perkataan ibu karena dia sendiri juga memiliki bola mata ajaib seperti bola mataku ini. Itulah sedikit cerita mengenai mata yang kumiliki ini.
Disaat aku menikmati keindahan danau itu, tiba-tiba angin yang cukup kencang datang menerpaku dari arah belakang. Angin itu terasa seperti hanya mendorong lembaran kertas yang aku pegang serta rambut coklatku yang panjang dan terurai ini. Rambutku memang cukup panjang di bandingkan dengan rambut para pria lain di tempat tinggalku, kira-kira sekitar tiga puluh centimeter. Aku pun segera menyisipkan lembaran kertas yang baru saja kubaca tadi pada halaman terakhir sebuah buku kecil. Buku kecil itu bersampul hitam dan berjudul Benua Griphon yang di tulis dengan tinta berwarna emas di halaman depan serta samping bukunya. Karena takut buku berisi surat penting ini terbawa oleh angin, aku segera memasukanya pada satu-satunya saku yang ada di kemejaku. Setelah angin yang mengusik itu reda, aku kembali menatap danau berusaha untuk merasakan ketenanganya serta menatap pemandangan sekitar. Berbagai tumbuhan semak belukar, rerumputan mungil, bunga-bunga yang berwarna biru dan ungu, serta pepohonan besar berkulit putih dengan daun hijau memanjang tampak menghiasi danau. Tumbuh-tumbuhan tersebut tampak bergoyang dengan lembut di tepian danau yang tenang itu.
Namun sesuatu mengusik ketenangan danau di hadapanku. Air danau yang tenang tepat berada di hadapaku tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh dan percikan-percikan yang tak menentu. Lalu percikan-percikan tersebut terangkat dan berubah bentuk menjadi suatu sosok ular yang cukup besar. Sosok ular tersebut lalu berenang kemudian merayap keluar dari air mendekatiku. Namun aku tak terlalu mempedulikannya. Makhluk aneh itu memang mirip seperti ular yang hidup, terutama gerakannya. Dia mengangkat kepalanya serta membuka mulutnya dan mengeluarkan suara seperti seekor ular yang akan menyemburkan bisa. Walaupun tampak hidup dan memiliki nyawa, tapi masih tampak jelas jika seluruh tubuh makhluk itu terbuat dari air.
“Spiritmu masih terlalu jelek Frisa.” Aku mengucapkan kata-kata itu dengan nada mengejek pada seseorang perempuan yang kurang aku ketahui posisinya. Mungkin dia sedang bersembunyi di belakangku. Aku lalu menatap sosok ular tersebut dan mengarahkan tangan kananku padanya sambil menggenggam. Lalu aku membuka genggaman tangan kananku secara perlahan-lahan. Pada saat itu juga, sesosok ular phyton besar di hadapanku hancur lebur pecah seperti air yang dituang dari sebuah gelas. Aku juga masih menyandarkan punggungku pada pohon besar saat hal itu terjadi, seolah-olah aku melakukannya tanpa mengeluarkan tenaga sedikitpun. Sebenarnya itu merupakan hal yang mudah bagiku, apalagi usiaku sudah lima belas tahun pada saat itu.
“Kenapa kau langsung menghancurkan ularku Frodi?” tanya seorang gadis muda yang tiba-tiba berada di belakangku dengan lantang. Aku lebih kaget mendengar teriakan gadis itu daripada berhadapan dengan spirit ular yang belum sempurna tadi. Tampaknya dia benar-benar marah. Gadis cantik itu sebenarnya adalah adikku yang baru menginjak awal masa remajanya. Bola matanya berwarna biru dengan enam garis hitam tipis sama persis denganku menunjukan bahwa kami adalah seorang yang mempunyai bakat elemen air. Pakainya cukup sederhana tanpa hiasan apapun. Tidak seperti kebanyakan gadis lainnya yang selalu memakai pakaian berhias gambar atau bordir bunga serta ikat kepala cantik di rambut. Dia benar-benar mengenakan celana dan kemeja yang sama persis denganku dengan sebuah ikat karet di rambut coklatnya yang panjang. Sepertinya semua orang akan bisa menebak jika kami berdua bersaudara hanya dengan melihat kemiripan kami walaupun kami berbeda jenis kelamin.
“Frisa, panggil aku kakak!” Aku menatap wajah gadis muda yang bernama Frisa itu, aku tak mau dia langsung menyebut namaku. Di tempat tinggalku Holuks, seorang adik harus memanggil saudaranya yang lebih tua dengan sopan. Yaitu hanya dengan menambahkan kata kakak atau semacamnya di depan nama saudara tuanya itu. “Spirit ularmu masih terlalu buruk Frisa, itu masih terlalu mudah untuk dihancurkan, tapi kurasa kau memang sudah mengalami sedikit kemajuan.” Hal itu memang benar, ular yang tadi terbuat dari air itu memang di ciptakan oleh adikku. Kami sering menyebutnya dengan nama spirit ular.
Mendengar perkataanku wajah Frisa yang tadinya menunjukan rasa marah kini tampak sedikit memancarkan senyuman. Aku memang sengaja sedikit memuji gadis itu. “Tapi kurasa aku lumayan hebat, tak ada teman sesusiaku yang bisa membuat spirit ular sepertiku, yah walaupun ini belum sempurna.” Frisa mengucapkan hal itu untuk membanggakan dirinya sendiri.
“Yah aku percaya itu adik kecilku.” Aku menjawab seakan-akan aku meremehkanya, namun sebenarnya aku cukup kagum padanya. Seharusnya dia mulai menguasai sihir itu saat berusia lima belas tahun, padahal kini usianya baru menginjak tiga belas tahun. Namun kekagumanku tiba-tiba menghilang. “Hei, apakah kau membuntutiku Frisa?” Aku bertanya dengan nada agak marah.
“Tidak.” Dia menjawab dengan tenang. Lalu tiga detik kemudian dia kembali berbicara dengan nada yang marah. “Ya, benar aku membuntutimu, aku ingin tau apa yang kau lakukan di saat pagi seperti ini. Dan kini ternyata kau mengendap-ngendap bertapa di tempat ini untuk meningkatkan kekuatan elemen airmu.”
“Terserah kau saja bodoh. Aku hanya ingin menikmati pemandangan di sini.” Aku memang kadang berbicara kasar pada adik perempuanku, tapi sebenarnya aku sangat menyayanginya.
“Kau memang serakah, kau hanya menginginkan menjadi yang terbaik tanpa mau berbagi dengan siapapun termasuk adikmu sendiri. Aku tau kau bertapa di tempat ini saat pagi hari untuk meningkatkan kemampuan elemen airmu.” Frisa mengatakan hal itu dengan nada membentak, tampaknya kini dia lebih marah daripada saat pertama tadi. Tetapi aku tetap tenang menghadapinya, adik perempuanku ini memang sering memarahiku.
“Hei, aku bukan orang serakah seperti yang kau pikirkan.” Aku menjawab dengan tenang berusaha untuk meredakan kemarahanku.
“Sudahlah aku melihatmu bertapa duduk tenang di bawah pohon ini tanpa ikat rambut di kepalamu, dan aku tau kau memegang sebuah buku serta selembar kertas yang berisi panduan-panduan sihir. Karena itu tadi aku sengaja meniupkan angin untuk menerbangkan kertas itu.” Frisa mengatakanya dengan nada kemarahan yang mulai mereda. Namun rasanya kini rasa marah mulai kembali datang menghampiriku.
“Apa? Jadi tadi kau yang meniupkan angin padaku? Kertas itu sangat penting bodoh, itu adalah bukti penghargaanku sebagai salah satu murid terbaik di Holuks.” Selain mempunyai bakat elemen air, sebenarnya aku dan adikku Frisa juga mempunyai bakat elemen lain seperti udara. Jadi tadi Frisa telah menciptakan angin untuk mendorong lembaran kertas yang aku pegang. Sebenarnya saat itu aku sudah curiga, karena tak mungkin angin kencang bertiup dari belakangku sementara itu ada sebuah pohon besar tepat di belakangku yang dapat menghalangi angin kencang. Lebih jelasnya, Frisa meniupkan angin dari arah samping leherku lalu dia membelokan arah angin ke tanganku pada saat aku duduk tadi.
“Ya itu memang aku!” Frisa menjawab dengan lantang.
“Dan apa kau tau buku apa yang kupegang?” Aku lalu mengeluarkan buku yang tadi kumasukan ke sakuku. “Ini hanyalah buku mengenai benua Griphon. Jadi, kurasa bukan aku yang serakah. Kau yang serakah Frisa!” Aku mengatakanya dengan sedikit membentak. Untuk masalah ikat rambut, aku tak mengatakannya pada gadis itu. Sebenarnya aku hanya sedang berfikir untuk memotong rambutku yang terlalu panjang ini.
Lalu tiba-tiba wajah gadis itu tampak murung, aku tak menyangka kata-kataku terlalu kasar untuk gadis sepertinya. Dia kemudian berlari memasuki hutan, aku menebak sepertinya dia akan pulang kerumah. Aku segera mengikat rambutku dengan sebuah karet hitam lalu mengejarnya, satu-satunya saudara perempuan yang aku miliki. Kadang aku memang kurang memahami perasaan perempuan yang mudah terluka.
*Spirit merupakan suatu makhluk tak permanen yang dapat di ciptakan oleh para manusia yang mempunyai bakat elemen tertentu. Ada berbagai bentuk wujud dan elemen spirit yang bisa diciptakan sesuai kemampuan pemilik bakat elemen masing-masing.*
*Holuks adalah nama sebuah benua dimana kebanyakan penduduknya mempunyai bakat elemen air. Tanda jelas seorang dengan bakat elemen air adalah bola mata mereka yang berwarna biru dengan enam garis hitam tipis yang terpancar dari pupil mereka.*
----------------------------------------------------------------
Aku kini tiba di sebuah padang rumput di puncak bukit yang tinggi. Rumput di tempat itu begitu tebal dan cukup tinggi, kebanyakan setinggi pinggang orang dewasa. Lalu aku melihat Frisa tampak berdiri terdiam di puncak bukit tersebut. Aku segera menghampirinya lalu memegang pundaknya dengan lembut. Aku merasa bersalah dan terus menundukan kepalaku di belakangnya. “Frisa maaf, aku tak bermaksud mengatakanya dengan sengaja.” Kuucapkan dengan nada yang lembut.
“Kakak apa yang terjadi di kota?” Frisa bertanya dengan nada takut.
Aku pun segera mangangkat kepalaku dan memandang ke arah kota di depan kami. Kami dapat melihat seluruh kota kecil tempat tinggal kami dari puncak bukit tersebut. Tiba-tiba saja rasa takut langsung menghampiri tubuhku ketika aku melihat banyak sekali jembatan runtuh di atas sungai-sungai pada kota kecil kami. Selain itu ada begitu banyak bangunan yang hancur dan berasap seperti baru saja terbakar. “Frisa ayo cepat menuju rumah.” Ucapku pada Frisa.
------------------------------------------------------------------
Kini kami berdua sudah sampai di kota kecil kami yang tampak berantakan. Kami berdua berlari menyusuri jalan setapak berlantai batu kecil berbentuk segi empat di sepanjang sungai. Jalanan di sepanjang sungai yang biasa kami lalui tampak sepi tak seperti biasanya. Kanal-kanal tampak keruh dan di penuhi begitu banyak sampah. Kami terus berlari dengan cemas menuju rumah sambil menatap sekeliling kami. Beberapa orang tampak menderita meratapi kerabat mereka yang jatuh tak berdaya. Selain itu kami banyak melihat rumah yang hancur pada bagian pintu, jendela serta atap rumah mereka. Tampaknya sesuatu berusaha memasuki rumah mereka secara paksa. Hal lain yang lebih aneh adalah beberapa jembatan di atas sungai banyak yang ditemukan menghilang dan ternyata berpindah di atap rumah yang cukup jauh dari lokasi jembatan itu yang sebenarnya.
Aku dan Frisa kini mulai kehabisan tenaga untuk berlari, tapi sebenarnya kami memang sudah dekat dengan rumah. Tampak beberapa orang berkerumun di depan rumah kami, orang-orang tersebut sepertinya sedang berkerumun untuk seseorang yang sedang terbaring tak berdaya. Kami segera menuju kerumunan itu, aku dan Frisa pun terkejut ketika melihat siapa yang ada di dalam kerumunan itu. Seorang wanita dewasa yang tampak cantik berambut kuning keemasan terbaring tak berdaya di tengah kerumunan itu, dia adalah ibu kami.
“Tenang nak, ibu kalian hanya pingsan.” Ucap seorang wanita tua bermata abu-abu tanpa garis apapun di bola matanya. Menandakan bahwa wanita itu tak mempunyai bakat elemen.
“Dia telah menyelamatkan kita dengan seluruh tenaganya.” Seorang pria berkumis berpakain kusut yang bola matanya juga berwarna abu-abu tanpa garis mengatakan hal itu.
“Apa yang baru saja terjadi pada kota ini tuan?” Aku bertanya dengan cemas.
“Makhluk kegelapan telah menyerang kota kita, jumlah mereka ratusan.” Pria berkumis itu menjawab dengan cemas.
“Lebih tepatnya spirit tingkat tiga yang berwujud manusia setengah kelelawar, kurasa mereka berasal dari elemen kegelapan.” Tiba-tiba seorang pria bermata biru sepertiku dengan rambut berwarna coklat menyahut perkataan pria berkumis tadi. Dan ternyata aku mengenal pria itu, dia adalah salah satu guru di sekolah sihirku.
“Tuan Galin.” Aku mengucapkan nama pria itu.
Pria yang tampaknya berusia lima puluh tahun itu kemudian memandangku dan Frisa. “Ibumu baru saja menyelamatkan seluruh kota. Dia baru saja menggunakan kekuatan elemen cahayanya yang suci. Karena itulah dia terbaring, kurasa dia telah kehabisan energi putihnya.”
Aku dan Frisa terdiam mendengar perkataan pria itu, kami tak tau bahwa ibu kami sendiri mempunyai bakat elemen cahaya yang di anggap suci dan tentu saja kuat untuk melawan elemen kegelapan.
“Baiklah, aku akan menyembuhkan ibumu Frodi, dia adalah seorang yang sangat penting bagi kita semua. Aku harap dia bisa segera pulih dan ikut menyembuhkan para penduduk yang lainya.” Pria itu tampak selalu bijaksana. Tuan galin merupakan salah satu guru yang paling di hormati di sekolahku.
“Kakak, dimana nenek? Aku belum melihatnya.” Ucap Frisa dengan cemas padaku.
Wanita tua bermata abu-abu tadi kembali berbicara dengan lirih sebelum aku sempat menjawab pertanyaan Frisa. “Makhluk itu telah membawa nenek kalian.”
Aku dan Frisa pun tertunduk dengan mata berkaca-kaca mendengar perkataan wanita tua itu. Aku tak menyangka nenek akan pergi dengan cara seperti ini.